Sekali ini saja, aku baru sadar. Apa kabar Hati?. Apa aku terlalu acuh, atau terlalu larut dalam euforia. Aku lupa. Sampai ketika ia merintih. Lirih dalam tangis. Terpojok dalam lara tanpa suara. Aku tersadar. Ada bagian yang terluka. Disini. Didalam hati. Hatiku.
Aku ingin bicara. Tapi rupanya kata per kata tak sampai. Ataukah kita terlalu beda dalam menterjemahkan isi hati dan pikiran?. Aku marah. Tapi tak bisa teriak.
Aku bimbang dalam diam mu. Diam mu yang membuat semua menjadi abu-abu. Apakah tempat ku masih di sisimu?.
Kita telah sama-sama melangkah. Kita telah sama-sama menetapkan tujuan. Haruskah kembali lagi ke awal?
Hatiku masih terus meraung. Menggedor-gedor jiwamu. Namun kau tetap dalam kesunyian. Air mata telah habis. Aku mulai lelah. Lelah menghadapi diam mu. Aku lelah dalam lirih. Aku nelangsa.
Aku abaikan hati kala cintamu mendekap. Aku serahkan separuh hati yang aku miliki, yang luka lamanya pun belum sembuh benar. Dan kini, aku tersadar ada luka baru disana. Hatiku kian menjerit. Ku dekap separuh hati ini. Aku tak rela ia tersakiti lagi.
Mengapa kau datang dengan cinta, jika kau hanya diam membisu?
Mengapa kau hanya diam, kala aku meronta dalam lara hati?